KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul " AQIDAH RUHANIYAH (Alam Dan Makhluk Ghoib) " tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Gresik, 15 Oktober 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia.
1.2 Tujuan Pembahasan
Agar Mahasiswa Dapat:
1. Memahami Pengertian dari Aqidah Ruhaniyah
2. Memahami Keimanan Kepada Alam dan Makhluk Ghoib
3. Mengetahui Macam-macam Makhluk Ghoib
4. Memahami Implementasi Keimanan Kepada Makhluk Ghoib
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqidah Ruhaniyah
Kata “aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (mejadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan), dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguam pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id’.
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seseorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Masalah-masalah dan perkara-perkara yang wajib bagi seorang muslim untuk mengimaninya (mempercayainya) di dalam kaitanya dengan aqidah islam dimungkinkan untu dibagi ke dalam 4 macan:
1. Ketuhanan, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT, baik itu nama-namaNya dan juga sifat-sifatNya.
2. Kenabian dan Risalah, yaitu yang berkaitan dengan seputar para rasul, nabi-nabi, keunggulannya, sifat-sifatnya, mikjizat-mukjizatnya, dan juga kemaksumannya.
3. Ruhaniyah, yaitu yang berkaitan dengan alam yang tidak nampak secara kasat mata, seperti adanya malaikat, jin, syetan dan ruh.
4. Sam’iyat, yaitu berita-berita dari alam ghoib yang tidak ada yang mengetauhinya (kecuali Allah) yang disebut dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi.
2.2 Urgensi Keimana Kepada Alam dan Makhluk Ghoib
Alam ghoib menyimpan rahasia tersendiri. Rahasia alam ghoib, ada yang Allah khususkan untuk diri-Nya semata dan tidak diberitakan kepada seorang pu dari hamba-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:
Yang artinya: “Dan hanya di sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidaklah ada sesuatu yang basah atau pun yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”. (QS. Al-An’am: 59)
Di antara perkara ghoib yang Allah Subhanahu wa Ta’ala khususkan untuk diri-Nya semata adalah apa yang terkandung dalam firman-Nya:
Yang artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya semata pengetahuan tentang (kapan terjadinya) hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang bisa mengetahui bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman: 34)
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya Malaikat Jibril tentang kapan terjadinya hari kiamat.
2.3 Macam-macam Makhluk Ghoib
Alam dibedakan atas alam ghoib (seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan neraka) dan alam tampak. Ghoib menurut bahasa serarti yang tidak tampak. Allah-lah yang paling mengertahui kedua alam tersebut.
Alam ghoib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah, Hari Akhir, surga, neraka, pahala akhirat, dan sebagainya - yang mana semuanya itu tidak tampak – ataukah dia mengingkarinya.
1. Malaikat
Malaikat merupakan tentara-tentara Allah yang ditugaskan untuk urusan-urusan tertentu. Diantara malaikat-malaikat Allah kita mengenal antara lai malaikat yang sepuluh, delapan malaikat yang mengusung Arsy Allah.
Sifat-sifat Malaikat:
1. Memiliki dua, tiga, atau empat sayap (QS. Faathir: 1), kecuali Jibril – yang merupakan malaikat yang paling besar – memiliki 600 atau 700 sayap (Shahih Al-Bukhari).
2. Suka berkumpul di majelis-majelis dzikir/ ilmu sembari memohonkan ampun bagi yang ada di situ dan mengepak-ngepakkan sayap mereka sebagai tanda ridha.
3. Merupakan tentara-tentara Allah yang tidak pernah bermaksiat (membangkang) atas perintah Allah kepada mereka dan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka.
4. Tidak menikah, tidak makan, dan tidak minum.
5. Tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat patung-patung atau gambar-gambar yang diharamkan.
6. Menyukai tempat-tempat yang bersih.
Malaikat adalah makhluk ghoib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa menyembah Allah, tidak pernah mendurkhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Keimana kepada malaikat mengandung 4 unsur, yaitu:
1. Mengimani adanya malaikat.
2. Mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui, sedangkan malaikat yang tidak diketahui namanya wajib kita imani secara global.
3. Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita ketahui.
4. Mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan malaikat.
Kesalahan-kesalahan
Terdapat kesalahan-kesalahan yang merusak keimanan kepada malaikat. Bahkan bisa jadi kesalahan itu membawa kepada kekufuran – nau’dzu billahi min dzalik-. Beberapa kesalahan yang ada adalah:
1. Mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Sungguh inilah yang juga dikatakan kaum musyirikin.
2. Beribadalah kepada malaikat. Padahal jika mereka mau merenungi ayat-ayat Al-Qur’an, akan jelas ditemukan bahwa para malaikat itu sendiri hanya menyembah kepada Allah semata.
3. Menamakan para malaikat dengan nama-nama yang tidak ditetapkan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an dan tidak disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
4. Mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah pembantu Allah. Maha Suci Allah dari perkataan seperti ini. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah yang menciptakan para malaikat tersebut.
Buah Keimanan Kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat memiliki pengaruh yang agung dalam kehidupan setiap mukmin, di antaranya dapat kita sebutkan:
1. Mengetahui keagungan, kekuatan serta kesempurnaan kekuasaan-kekuasaan-Nya. Sebab keagungan (sesuatu) yang diciptakan (makhluk) menunjukkan keagungan yang menciptakan (al-khalliq).
2. Senantiasa istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah Ta,ala. Karena barangsiapa beriman bahwa para malaikat itu mencatat semua amal perbuatannya, maka ini menjadikannya semakin takut kepada Allah.
3. Bersabar dalam menaati Allah serta merasakan ketenangan dan kedamaian
4. Bersyukur kepada Allah atas perlindunga-Nya kepada anak Adam, dimana ia menjadikan sebagian dari para malaikat sebagai penjaga mereka.
5. Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan tidak kekal, yakin ketika ia ingat Malaikat Maut yang suatu ketika akan diperintahkan untuk mencabut nyawanya.
2. Jin
Jin dan manusia yang dua makhluk Allah yang dibebani dengan syariat agama, sehingga dikenal pahala dan siksa. Semua jin bisa meninggal dunia kecuali iblis dan keturunannya yang ditangguhkan kematiannya sampai Hari Kiamat. Iblis dahulunya juga jin tetapi setelah menolak sujud kepada Adam atas perintah Allah, ia beserta keturunannya dilaknat oleh Allah.
Jin juga menikah, makan, dan minum. Keduanya tinggal di alam yang tidak terlihat oleh manusia, tetapi mereka bisa melihat manusia. Tetapi jika mereka menampakkan diri di alam tampak dalam wujud alam tampak maka manusia bisa melihat mereka.
Ada tiga point penting dalam pembahasan dalam materi ini.
Pertama, sebagai seorang muslim, kita harus beriman kepada yang ghoib seperti meyakini adanya jin dan syaitan, percaya akan kabar-kabar yang akan dan telah terjadi di dalam Al-Qur’an
Kedua, seorang muslim harus beriman kepada takdir, baik maupun buruk. Misalnya, apabila ada gangguan jin yang menimpa seseorang muslim, maka harus dipercayai dengan takdir.
Ketiga, seorang muslim harus selalu berusaha untuk bersabar dalam menjalani takdir.
Takut kepada jin? Jangan pernah merasa takut kepada setan dan jin. Dalam QS. Al-A’rofat ayat 27 dikatakan bahwa setan tidak ada yang benar, dia selalu berkhianat dan membawa kesehatan. Hanya orang yang tidak berimanlah yang menjadikan setan dan jin sebagai pemimpin. Allah telah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang paling mulia diantara makhluk yang lain sebagaimana QS. Al-Isro’ ayat 70. Abu Bakar Al Jaziri berkata bahwa sesungguhnya jika terdapat jin yang paling sholih dalam golongan jin, maka manusia lebih mulia daripada dia.
Apa yang dimaksud dengan jin?
Kata jin berasal dari jana-yajinu yang berarti sesuatu yang terhalang. Disebut janah yaitu surga yang ditutupi oleh pohon yang rindang. Tameng atau alat pelindung orang berperang disebut jina. Orang gila disebut majnun yang artinya akal pikiran telah tertutup. Asal usul jin sebagaimana disebutlkan dalam QS. Al-Hijr ayat 26-27 bahwa jin diciptakan dari api yang sangat panas. Jin hidup pula seperti manusia, yaitu berkabilah maupun bersuku-suku. Jin terdiri dari tiga jenis.
Pertama, jin dari bangsa yang terbang di luar angkasa. Ini merupakan jin yang tertinggi pangkatnya yang sering mencuri berita dari langit. Mereka biasanya bersekutu dengan tukang sihir.
Kedua, jin dari sekelompok ular dan anjing. Mereka biasanya berwarna hitam. Jin dalam wujud ular dahulu ada pada zaman Rasulullah SAW.
Ketiga, jin dari kelompok berkaki dua dan berkaki empat. Misalnya jin yang berwujud manusia.
Dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 DAN QS. Al-Ahqaf ayat 29 dikatakan bahwa diciptakannya jin adalah untuk beribadah kepada Allah. Apakah antara jin dan manusia dapat melakukan perkawinan? Ibnu Taimiyah berkata bahwa keduanya dapat berkawin dan memiliki keturunan. Para ulama juga bersepakat bahwa keduanya dapat terjadi perkawinan tetapi tidak boleh disengaja untuk mengadakan perkawinan antara jin dan manusia.
Dimanakah tempat tinggal jin?
Pertama, tanah lapang, lembah-lembah dan lereng-lereng. Kita tidak boleh membiarkan tanah kosong yang tidak ditempati sebagai tempat bermain anak-anak.
Kedua, tempat sampah dan tempat yang terdapat makanan.
Ketiga, tandas dan tempat berwudhu.
Keempat, tanah-tanah yang retak, lubang-lubang maupun gua.
Kelima, tinggal bersama manusia di rumah.
Keenam, kandang onta sebagaimana sebuah hadits yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW melarang sholat di kandang onta.
Ketujuh, tempat yang ditinggal oleh tuannya.
Delapan, kuburan sebagaimana hadits yang mengatakan bahwa semua tempat di bumi ini adalah suci kecuali kuburan dan kamar mandi.
Sembilan, di pasar-pasar.
2.4 Implementasi Keimanan Kepada Makhluk Ghoib
Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Agama sempurna dan penyempurna bagi ajaran para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, agama yang telah memadukan antara konsep keilmuan yang benar dengan konsep keimanan yang lurus.
Adapun keilmuan semata tanpa mempedulikan norma-norma keimanan, maka kesudahannya adalah kebinasaan, sebagaimana halnya orang-orang Yahudi dan yang sejenisnya. Demikian pula keimanan (termasuk di dalamnya amalan) semata tanpa mempedulikan keilmuan, kesudahannya adalah kesesatan, sebagaimana halnya orang-orang Nashrani dan yang sejensnya.
Alam ghoib ibarat alam yang gelap gulita, sedangkan Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ibarat dua cahaya yang terang benderang. Dengan dua cahaya itulah berbagai peristiwa dan kejadian di alam ghoib tersebut menjadi jelas dan terang.
Semua perkara ghoib haruslah ditimbang dengan timbangan islam yaitu; Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan pemahaman para sahabat Nabi SAW. Jika perkara ghoib (baca: yang dianggap ghoib) ternyata tidak ada keterangannya di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, meke keberadaannya tidak boleh diimani dan diyakini.
Beriman dengan (adanya) perkara ghoib yang diberitakan Allah SAW dan Rasul-Nya merupakan sebuah salah satu ciri orang yang bertaqwa. Sedangkan tidak beriman dengan perkara ghoib tersebut merupakan ciri orang kafir atau ahli bid’ah.
Demikianlah manhaj (prinsip) yang benar di dalam menyikapi alam ghoib dan berbagai peristiwanya. Siapa saja yang berprinsip dengannya. Maa dia beruntung dan berada di atas jalan yang lurus.
Dari bahasan di atas dapatlah diambil pelajaran bagi kaum muslimin bahwa:
1. Setiap muslim wajib beriman dengan (adanya) alam ghoib dan semua peristiwanya yang diberitakan Allah SAW dan Rasul-Nya. Baik yang dapat dijangkau oleh akal dan panca indra maupun tidak.
2. Mengedepankan akal dalam permasalahan semacam ini merupakan pangkal kesehatan.
3. Setiap muslim wajib memahami berit yang datang dari Allah SAW dan Rasul-Nya tentang alam ghoib dan peristiwanya, dengan pemahaman Rasulullah, para shahabat Rasulullah, karena ia merupakan jalan yang lurus. Dan tidak dengan pemahaman ahli kalam, filsafat, atheis, sufi, bahkan atheis dahriyyah yang menyesatkan.
5. Kesimpulan
Alam dibedakan atas alam ghoib (seperti Malaikat dan Jin) dan alam tampak. Ghoib menurut bahasa berarti yang tidak tampak. Kita harus beriman kepada yang ghoib atau mempercayai adanya makhluk ghoib serta semua peristiwa ghoib.
Sumber :
• https://prezi.com/dk-w_mwdug4e/akidah-rohaniah-alam-dan-makhluk-ghaib/
• https://pgsdkebumen09.wordpress.com/2010/04/05/makalah-pendidikan-agama islam-akidah-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar