A. PERJALANAN
MANUSIA DARI ALAM RUH HINGGA ALAM AKHIRAT
1.Alam ROH
Manusia terdiri dari 2 kepribadian, yaitu pribadi spirit/roh dan pribadi
duniawi/jasad, oleh karena itu secara teoritis dia bisa hidup dalam dua alam,
yaitu alam roh dan alam duniawi. Pada awalnya sebelum kita terlahir di Dunia
yang penuh dengan kisah, cerita susah atau senang dimana dunia penuh dengan
hiasan, godaan dan ujian bagi setiap manusia.
2.Alam RAHIM
Alam rahim adalah masa perpindahan sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah
dan rahim para ibu sebelum dilahirkan dimana masa kehidupan manusia sejak dalam
tulang sulbi ayah dan rahim ibu sebelum dilahirkan. Ketika Allah SWT
menciptakan Adam a.s. Dia menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu
kaum “ahli kanan” (ahlulyamin) dan kaum ahli kiri (ahlul-syimal). Allah SWT
pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang punggung Adam a.s. pada hari
mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keesaan dan ketuhanan
Allah SWT di Na'man, sebuah lembah yang dekat padang Arafah). Mengenai hal ini
Allah swt berfirman dalam surah al-A’raf ayat 172:
"Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku
ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau adalah Tuhan kami),
kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (anak-anak Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
3.Alam DUNIA
Alam
Dunia adalah Masa kehidupan di dunia sejak dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah
SWT, dimana proses perpindahan dari Alam Rahim ke Alam Dunia bukanlah hal yang
gampang. Selama sembilan bulan di alam rahim itu, janin tumbuh dan membentuk
diri sehingga menjadi bentuk yang sempurna.
Dengan izin Allah SWT kita terlahir
ke dunia ini dengan perjuangan ibu yang melahirkan kita antara hidup dan mati.
Al-Quran menyebut perjuangan itu dengan istilah “wahnan ‘ala wahnin” (kelemahan
di atas kelemahan), saking sakitnya proses melahirkan itu. Hanya karena izin
Allah SWT kita bisa selamat terlahir ke dunia hingga hidup seperti sekarang
ini.
"Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami
jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kukuh
(rahim). Lalu Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan Kami jadikan gumpalan daging itu tulang
belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan daging. Kemudian Kami
bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta."
(QS: Al-Mu’minun: 12-14.)
4.Alam BARZAH/KUBUR
Alam
kubur disebut juga dengan alam Barzakh. Ketika manusia meninggal, mereka akan
menempati alam ini sampai hari kiamat tiba. Alam barzah adalah suatu dunia lain
yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya
kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat
mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan amal perbuatan
kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di dalam kubur akan
mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat duniawi,
sedangkan sebaliknya bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa
kubur praneraka yang pedih sudah menanti di depan mata.
Alam Barzah adalah kurun waktu (periode) di
antara saat kematian manusia di dunia ini dengan saat pembangkitan
(dihidupkannya kembali) manusia di Hari Pembalasan. Kita tidak mengetahui apa
yang terjadi di dalam periode ini. Namun demikian, kita dapat menyimak dari
berbagai ayat didalam kitab suci Al-Qur-an dan Hadits Nabi Muhammad SAW
mengenai periode ini. Sebagai contoh, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An’aam
Ayat 93
“Jika saja kamu dapat melihat betapa
dahsyatnya saat orang-orang zalim didalam sakaratul maut, Para malaikat memukul
dengan tangan mereka (seraya berkata), “Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini kamu
akan dibalas dengan siksa yang menghinakan; karena perkataan-perkataanmu yang
selama ini kamu ucapkan perihal Allah yang tidak benar, dan kamu selalu sombong
terhadap petunjuk (ayat-ayat)-Nya.”
Jelaslah dari ayat ini bahwa manusia bisa mendapatkan hukuman diwaktu kematian
mereka. Dan dalam sebuah hadits Asma bin Abu Bakar RA meriwayatkan bahwa pada
suatu hari Nabi Muhammad SAW menasehati umat dan menjelaskan perihal siksa
kubur. Ketika beliau menjelaskan hal ini, semua orang beriman mulai menangis
dengan kerasnya, sehingga terciptalah suasana seperti berbaurnya beraneka-ragam
ratap-tangis. Bahwasanya Utsman bin Affan ra. menangis ketika berdiri di atas
kubur. Seseorang bertanya padanya, "Mengapa Anda menangis karena kubur?
Ketika
menerangkan mengenai surga dan neraka Anda tidak menangis." Jawabnya,
"Rasulullah saw bersabda: Kubur adalah tempat awal bagi akhirat. Jika
seseorang selamat dalam kubur maka harapan baik baginya. Karena sesudah itu
ringan baginya. Tetapi jika seseorang celaka dalam kubur maka pertanda buruk.
Karena sesudah itu sangat berat baginya."
5.Alam AKHIRAT
Alam
akhirat adalah Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan syurga atau
dalam kepedihan neraka. Seseorang tidak mungkin memiliki pengetahuan yang
sempurna mengenai persoalan-persoalan yang belum ia alami atau belum
mengetahuinya secara hudhuri, atau belum ia sentuh dengan indranya. Berangkat
dari kenyataan ini, kita tidak dapat meyakini hakikat alam akhirat dan
keadaan-keadaannya secara detail dan sempurna, kita juga tidak dapat menyingkap
hakikat-hakikatnya. Meski begitu, kita bisa mengetahui sifat-sifat akhirat
melalui akal atau wahyu. Adapun sarana untuk mengetahui sifat-sifat tersebut
kita dapat mengenalnya melalui ciri-ciri dari alam akhirat, yaitu :
1. Alam akhirat bersifat kekal dan
abadi
2. Alam
akhirat merupakan wadah yang pasti untuk terealisasinya kenikmatan dan kasih
sayang yang seutuhnya, tanpa ada kesusahan dan kelelahan di dalamnya, sehingga
orang-orang yang telah mencapai tingkat kesempurnaan insaninya dapat menikmati
kebahagiaan itu. Alam tersebut tidak dicemari oleh maksiat dan penyelewengan
apapun. Berbeda dengan dunia yang di dalamnya kebahagiaan yang seutuhnya tidak
mungkin terwujud. Yang hanya terwujd di dunia adalah kebahagiaan semu dan
bercampur dengan berbagai kesulitan dan kesengsaraan.
3. Alam
akhirat setidaknya meliputi dua bagian yang terpisah, yang pertama adalah
rahmat, dan yang kedua adalah siksa, sehingga dapat dibedakan orang-orang yang
baik dari orang-orang yang jahat, dan masing-masing mendapatkan balasan
perbuatannya.Kedua bagian ini biasa dikenal dalam syariat dengan istilah surga
dan neraka.
4. Alam
akhirat itu luas sehingga bisa menampung pahala dan siksa bagi seluruh umat
manusia atas segala apa yang mereka lakukan, berupa amal baik dan amal buruk.
Misalnya, ketika seseorang melakukan pembunuhan atas jutaan manusia yang tidak
bersalah, hukuman siksa terhadapnya semestinya bisa terjadi di alam itu. Begitu
pula sebaliknya, jika seseorang menyelamatkan nyawa jutaan umat manusia, ia
dapat menerima pahala setimpal yang terdapat di alam tersebut.
5. Alam
akhirat itu merupakan tempat pembalasan, bukan tempat pembebanan tugas dan
tanggung jawab.
6. Alam Setelah Hari Akhir
1. Yaumul Barzah, adalah hari penantian seluruh
umat manusia yang telah meninggal. Yaitu nanti masa dibangkitkan
manusia dari alam kubur untuk menhadap kepada Allah guna mempertanggungjawabkan
seluruh amal perbuatan ketika di dunia.
2. Yaumul Ba'as, adalah hari dibangkitkannya manusia
dari alam kubur.
3. Yaumul Mahsyar, adalah hari dikumpulkannya manusia
setelah dibangkitkan dari alam kubur, untuk menunggu pengadilan dari Allah SWT.
4.Yaumul Hisab, adalah hari perhitungan amal perbuatan
manusia selama selama hidup di dunia.
5.Yaumul Mizan, adalah penimbangan amal perbuatan
manusia setelah diperhitungkan baik buruknya selama hidup di dunia.
6. Sirat, adalah jalur atau jalan penentu dari
masing-masing manusia stelah dihisab dan ditimbang amal baik buruknya. Pada
tahap ini manuisa akan ditentukan msuk neraka atau masuk surga . Hal ini
tergantung amal baik dan amal buruk.
7. Syafaat, adalah pertolongan yang diperoleh umat
manusia yang beriman, Islam dan ihsan. Pertolongan tersebut berasal dari amal
perbuatan yang baik ketika di dunia.
Bagi orang beriman dan beramal saleh
kelak pada hari Kiamat akan mendapat syafaat berupa kemudahan dan keringanan
dari berbagai kesulitan yang dihadapi.
8.Surga dan Neraka, adalah tempat terakhir pembalasan
manusia. Bagi yang beramal baik akan masuk surga dan sebaliknya orang yang
beramal buruk akan masuk neraka.
Nama-Nama Lain Hari Kiamat
1. Yaumul Akhir atau hari akhir, maksudnya adalah hari
yang paling akhir dalam kehidupan manusia. Setelah peristiwa kiamat ini tidak
akan dijumpai hari-hari lain kecuali hari akhir. Segala peristiwa dan
kejadiannya sudah tidak sama dengan alam di dunia.
2. Yaumul kiamat atau hari kiamat, maksudnya hari
dibangkitkannya manusia dari alam kubur untuk mempertanggungjawabkan segala
amal perbuatannya pada waktu hidup di dunia.
3. Yaumul hisab atau hari perhitungan, maksudnya
segala amal perbuatan manusia akan dihitung, sebesar apapun perbuatan tersebut
baik perbuatan yang buruk maupun perbuatan yang baik. Perhitungan ini tidak
akan mengalami kesalahan. Amal perbuatan manusia akan diperhatikan dan dimintai
pertanggungjawabannya.
4. Yaumul jaza’ atau hari pembalasan amal,
maksudnya manusia yang melakukan amal kebaikan akan mendapat balasan
surga, sedang manuisa yang melakukan amal perbuatan yang buruk atau dosa akan
mendapat balasan neraka.
5. Yaumul fasli atau hari keputusan, maksudnya setiap
manuisa di hari akhir nanti akan mendapatkan keputusan terakhir tentang nasibnya.
Hal ini sesuai dengan amal perbuatannya pada waktu di dunia.
6. Yaumul taqabun atau hari kerugian, maksudnya pada
hari kiamat nanti, dengan segala keputusan dan kepastian yang diperoleh dari
Allah, semuanya akan mengalami kerugian, terutama bagi mereka yang tidak
memperbanyak amal kebaikan dan saleh pada waktu di dunia.
7. Yaumul hasyr atau hari penyesalan, maksudnya setiap
manusia akan menyesal dengan segala amal perbuatannya. Bagi mereka yang tidak
berbuat baik akan menyesal mengapa ketika hidup di dunia tidak patuh kepada
Allah. Sedang mereka yang berbuat baik akan menyesal mengapa tidak memperbanyak
amal saleh.
8. Yaumul waid atau hari ancaman, maksudnya pada hari
kiamat nanti manusia yang berbuat buruk di dunia akan mendapat siksaan dari
Allah SWT.
9. Yaumud hid atau hari pertanggungjawaban agama,
maksudnya pada hari kiamat nanti setiap manusia akan
mempertanggungjawabkankebenaran agama yang dianutnya.
B. RAGAM
ORIENTASI HIDUP MANUSIA
Latar belakang kenapa kita membahas orientasi hidup manusia khususnya
umat islam karena pada saat ini kebanyakan umat Islam telah mengalami
penyimpangan orientasi hidup dari apa yang dicita-citakan generasi terdahulu.
Umat Islam telah menjadikan harta/materi sebagai standar kebahagiaan mereka. Cukup jelas
buktinya dengan melihat kecenderungan yang sangat tinggi pada dunia. Dengan
berbagai alasan yang seakan-akan disebut sebagai kebaikan, mereka terus-menerus
mengejar dunia.
“Kalau saya kaya, saya bisa beribadah dengan tenang dan bisa menunaikan
ibadah haji sebagai rukun Islam. Saya bisa membahagiakan orangtua dan bisa
banyak bersedekah,” begitu kira-kira kalimat khayalan yang kerap memenuhi benak
kebanyakan umat Islam saat ini. Padahal sudah banyak sekali contoh bahwa hal
tersebut adalah amal angan-angan yang belum tentu dia lakukan pada saat kaya
nanti.
Cobalah simak kisah Tsa’labah bin Haathib yang bercita-cita ingin kaya
lalu minta didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dalam
pikirannya, “Ketika kaya nanti ingin lebih rajin beribadah”. Namun, ketika
keinginan kaya itu menjadi kenyataan berupa diberikannya oleh Allah Subhanahu
wata’ala ratusan kambing, Tsa’labah bukan malah semakin taat beribadah, tapi
justru lupa ibadah kepada Allah karena sibuk mengurusi kambingnya yang semakin
hari semakin banyak.
Zaman sekarang, kejadian ini juga banyak dijumpai dengan berbagai macam
fakta yang berbeda-beda tapi intinya sama yakni menjadikan dunia sebagai tujuan
dan standar kebahagiaan.
2 MACAM ORIENTASI (TUJUAN) HIDUP MANUSIA
“Barangsiapa yang dunia menjadi tujuannya, maka Alloh akan
mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan di hadapan kedua matanya,
serta tidak akan datang dunia kepadanya kecuali apa yang telah ditulis oleh
Alloh baginya. Sebaliknya barangsiapa yang akhirat menjadi tujuannya, maka
Alloh akan menghimpun baginya urusannya dan Dia jadikan kekayaan di dalam
hatinya, serta dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (HR. Ahmad
dan Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al-Albani).
Hadits
di atas menerangkan kepada kita bahwa tujuan hidup manusia itu ada dua:
1. Dunia dan
perhiasannya.
Ini mencakup apa saja selain ridho Alloh dan surga-Nya, seperti keinginan
untuk dipuji dan disanjung, kedudukan dan kebesaran di hati manusia, harta dan
jabatan, dan lain sebagainya. Semua tujuan itu adalah remeh dan hina dalam
pandangan Alloh ta’ala. Siapa yang tujuan hidupnya terfokus pada hal-hal di
atas, maka ia akan sengsara di dunia dan di akhirat.
2. Akhirat dan ridho
Alloh subhanahu wa ta’ala.
Inilah tujuan hidup seorang mukmin sejati. Dan inilah yang dicintai dan
diridhoi oleh Alloh. Siapa yang tujuan hidupnya adalah akhirat dan ridha Alloh,
maka dia akan dicukupi oleh Alloh semua urusannya. Dalam al-Qur’an, berulang
kali Alloh subhanahu wa ta’ala menekankan pentingnya niat yang ikhlas, di
antaranya Dia berfirman yang artinya:
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia ini
apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki, kemudian Kami jadikan
baginya neraka Jahannamyang ia akan memasukinyadalam keadaan tercela dan
terusir. Dan berangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat serta beramal untuk
akhirat dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah seorang mukmin, maka mereka
itulah orang-orang yang usahanya akan dibalasi oleh Alloh.”
(QS. Al-Isroo’: 18-19)
Boleh jadi, seseorang
melakukan amal-amal yang besar, namun tidak diterima oleh Alloh subhanahu wa
ta’ala, amal tersebut menjadi sia-sia, dan pelakunya hanya akan menuai siksa,
karena ada kecacatan dalam niatnya. Dari Abu Hurairoh rodhiallohu anhu, dia
berkata,
“Aku pernah mendengar
Rosululloh sholallohu alihi wasallam bersabda:
‘Sesungguhnya orang yang
pertama-tama diadili pada hari kiamat kelak ialah
---(pertama) orang yang mati
syahid. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan kepadanya
nikmat-nikmat Alloh. Maka dia pun mengakuinya. Alloh bertanya, ‘Apa yang engkau
perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku berperang karena Engkau
hingga syahid.’ Alloh berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau berperang supaya
engkau dikatakan ‘dia adalah orang yang gagah berani.’ Dan memang begitulah
yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintah agar dia diseret di atas
wajahnyalalu dilemparkan ke dalam neraka.
---(kedua) Seseorang yang
mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta menghafal al-Qur’an. Dia didatangkan
ke pengadilan, lalu diperlihatkan nikmat-nikmat Alloh. Maka dia pun
mengakuinya. Alloh bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat
itu?’ Dia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta aku
menghafal al-Qur’an karena-Mu. Alloh ta’ala berfriman, ‘Engkau dusta. Tetapi
engkau mempelajari ilmu agar dikatakan ‘dia adalah orang yang berilmu’ dan
engkau menghafal al-Qur’an agar dikatakan ‘dia adalah qori (pandai membaca)’.
Dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan
agar diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.
---(ketiga) Orang yang diberi
kelapangan rizki oleh Alloh dan berbagai macam harta. Lalu di didatangkan ke
pengadilan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat Alloh. Maka dia pun
mengakuinya. Alloh bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat
itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau suka
agar harta dibelanjakan di jalan itu, melainkan aku belanjakan hartaku di jalan
itu karena-Mu’. Alloh berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau melakukan hal itu
agar dikatakan ‘dia seorang pemurah’. Dan memang begitulah yang dikatakan
(tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya,
hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
(HR. Muslim, no 1905, Nasa’I,
Tirmidzi, dan Ibnu Hibban)
Tatkalah Mu’awiyah
rodhiallohu anhu mendengar hadits ini, dia menangis sesenggukan hingga pingsan.
Setelah siuman dia berkata, “Alloh dan Rosul-Nya benar.”
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16).
Beliau juga berkata, “Jika
itu yang diperlakukan kepada tiga macam orang tersebut, lalu bagaimana dengan
selain mereka?”Hal ini karena Alloh ta’ala adalah Dzat Yang Maha Kaya dan
sangat tidak suka dipersekutukan. Alloh befriman dalam hadits qudsi-Nya yang
artinya sebagai berikut:
“Aku adalah Dzat Yang paling
tidak butuh dengan persekutuan. Barangsiapa yang melakukan suatu amal dengan
menyekutukan Aku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya.” (HR. Muslim, no.
2985). Hadits di atas juga menekankan pentingnya ikhlas dalam semua amal shalih
kita. Hal ini karena Alloh tidak akan menerima amal sholih kita kecuali dengan
dua syarat, yaitu ikhlas karena Alloh dalam niatnya, dan mencontoh Rosululloh
sholallohu alihi wasallam dalam pelaksaannya. Oleh karena itu, perhatian para
ulama salaf terhadap niat sangatlah besar. Tidak sedikit di antara mereka yang
memulai kitab-kitabnya dengan mencantumkan hadits:
“Sesungguhnya amal-amal itu
tergantung niatnya. Dan seseorang itu hanya akan mendapatkan sesuai apa yang
diniatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya, akan
dicatat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Tapi barangsiapa yang hijrahnya untu
mencari dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Fudhail bin ‘Iyadh
rohimahulloh ketika menjelaskan firman Alloh subhanahu wa ta’ala:
“Yang telah menjadikan kematian
dan kehidupan agar Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang paling baik
amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2), ia berkata, bahwa yang dimaksud dengan siapa yang
terbaik amalnya adalah yang ikhlas dan paling shawab (benar), yakni mencontoh
Rosululloh sholallohu alihi wasallam.
Oleh karena itu, sudah
selayaknya bagi seorang muslim yang menginginkan keselamatan di dunia dan
akhirat untuk selalu memperhatikan keikhlasan niatnya. Inilah yang dituntut
oleh Alloh subhanahu wa ta’ala dalam setiap amal-amal kita. Dengan keikhlasan
tersebut, Alloh akan memberkahi suatu amal dan menerimanya serta menyediakan
balasan yang agung di sisi-Nya. Semoga Alloh ta’ala mengilhamkan kepada kita
ikhlas dan ittiba’ (mencontoh) Rosul-Nya sholallohu alihi wasallam.
C. FUNGSI
DAN TUJUAN MANUSIA
Manusia diciptakan Allah SWT berasal dari saripati tanah,
lalu menjadi nuftah, alaqah dan mudqah sehingga menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, menusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah SWT.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam unsur kimiawi yang
terdapat dari tanah. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
tanah umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa
manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka
segala sesuatu dapat terjadi.
Tentunya Allah SWT menciptakan
manusia dan seluruh ciptaannya dengan tujuan dan fungsi tertentu. Maka dari itu
penulis akan membahas tentang tujuan penciptaan manusi di muka bumi dengan
merujuk dari ayat-ayat Al-Qur’an
PEMBAHASAN
Setiap penciptaan pasti memiliki
tujuan. Robot diprogram untuk mematuhi setiap perintah pembuatnya, begitu juga
manusia yang diciptakan untuk beribadah mematuhi setiap perintah-Nya dan
menjahui semua larangan-Nya.
Seperti firman Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat
56.
وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ
ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ
“Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah kepada-Ku.”
Misi penciptaan manusia adalah untuk
penyembahan kepada sang pencipta, Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada
Allah tidak boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek
ritual yang tercermin dalam sholat saja.Penyembahan berarti ketundukan manusia
kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik
yang menyangkut hubungan vertikal maupun horizontal.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi
ini”. Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqoroh 130).
Manusia diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia
bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat.Untuk menjalankan
tugasnya, manusia dilengkapi dengan perangakat yang sempurna.Perangkat itu
dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia dapat memiliki waktu untuk
mengembangaka potensi itu.
Allah mengajarkan manusia untuk
menyembahNya agar manusia tidak menyembah selain-Nya. Sebab nenyembah dan
mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi resah gelisah dan
gundah gulana.
1. Tujuan
Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan
hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam solat saja. Penyembahan
berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan
Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam
semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan
manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan
baik. Oleh karena itu penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah
tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual
penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan
aku tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah,
Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
(Adz-Dzaariyaat, 51:56-58).
Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan
dengan dekimikian itulah agama yang lurus. (Bayyinah, 98:5)
2. Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang
dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam
membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi
pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan
keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana
yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1) Belajar (An
Naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama
surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2) Mengajarkan
ilmu (Al Baqarah : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib
untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah
Al Quran.
3) Membudayakan
ilmu (Al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang
diberikan Allah kepada manusia. Yaitu:
Menjadi abdi
Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah
dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu
dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan
apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah.
Dijelaskan dalam QS Az Dzariyat: 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu”.
Menjadi saksi
Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya
Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir
nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang
tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal
ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172.
Menjadi hamba
Allah. “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini
Tuhanmu? ”. Mereka menjawab, ”Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan,
”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)”.
Khalifah
Allah, Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau
Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin
Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan
Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu
memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.
3. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba
Allah
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari
rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang
maujud. Di dalam hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan
ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban.
Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya. Dalam
masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada
yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang
maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah
allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut
takwa. Dalam ayat (Q.S Al-Baqarah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa
dengan perincian:
1) Iman kepada
Allah: kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan
kepada nabi-nabi.
2) Amal
saleh:
a) Kepada
sesama manusia: dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu,
kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada
musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
b) Kepada
Allah: menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat.
c) Kepada diri
sendiri: menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan, penderitaan
dan peperangan.
Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah
memenuhi manusia terhadap khalik.
4. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah
Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di
pertanggung Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang
kekuasaan.Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan
untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Agar manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik,
Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan
melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam
ciptaan-Nya,
Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai
khalifah dan ‘abd merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika
hidup. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang
menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap
muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia jatuh ke tingkat yang
paling rendah.
KESIMPULAN
Ditegaskan dalam
Al-quran surat Adz-Dzaariyat 56:
وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka
menyebah kepada-Ku”.
Surat Al-Baqoroh 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat “sesunguhnya aku hendak menjadika khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbis dengan memuji Engkau dan mensucikan Engaku?”. Tuhan
berfirman “sesungguhnya Aku mengtahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Dari dua ayat diatas dapat disimpulkan
bahwa tujuan diciptakannya manusia (dari sisi manusia) adalah untuk mengabdi
kepada Allah dan emnjadi khalifah di muka bumi.
Dapat dijelaskan pula berdasarkan firman Allah surat Thoha
ayat 14
ٳِنَّـﻨِـيْ اَ ﻨَـﺎ اﷲۥ ﻻَٓﺇِِِﻠـﮫۥﺇِﻻّ اَﻨَـﺎْﻔَـﺎﻋْﺒۥدْﺒِﻰوَأََﻘِﻢِٱﻠﺼﱠﻠَﯛﺓََﻠِﺫِﻜْرِىٓ﴿١٤
“Sesungguhnya aku ini adalah Allah tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku”.
Dan berdasarkan ayat diatas penulis
tambahkan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah agar Allah dikenal oleh
mahkluknya. Benar bahwa Allah sudah agung tanpa atau dengan penciptaan manusia,
tapi tujuan akhir manusia itu sendiri adalah kesempurnaan manusia. Kesempurnaan
manusia bisa dicapai dengan taqwa dan beribadah kepada Allah SWT.
Manusia
diciptakan dan ada di bumi ini tidak hanya sekedar untuk hidup saja. Alloh SWT
menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna, yang dilengkapi dengan akal
dan pikiran. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia tersebut merupakan
konsekuensi suatu tugas yang diamanahkan kepada manusia di muka bumi ini.
Sebagai makhluk yang telah diberi
kesempurnaan, manusia haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat
diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi, atau dengan kata lain
sebagai khalifah.
Apa yang dimaksud dengan khalifah?
Khalifah
berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan, yang berarti
meneruskan. Sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus
ajaran Alloh SWT.
Arti asal khalifah ialah “di
belakang”, dan karena arti ini maka khalifah sering diartikan “pengganti”
(karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang
digantikan). Menggantikan yang lain berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang
digantikan, baik bersama-sama dengan yang digantikannya maupun sesudahnya.
Kekhalifahan juga terlaksana atau dilaksanakan karena ketiadaan tempat,
kematian, atau ketidakmampuan orang yang digantikan, dan dapat juga sebagai
penghormatan yang diberikan dari yang digantikan kepada yang menggantikan.
Karena tanggung jawab yang berat
inilah, eksistensi (keberadaan) manusia sebagai khalifah Alloh, sempat
diragukan malaikat. Malaikat malah mempunyai anggapan yang berbeda tentang
eksistensi manusia. Mereka beranggapan bahwa manusia tidaklah pantas untuk
menyandang gelar khalifah, karena manusia dalam pandangan malaikat adalah
makhluk yang pekerjaannya hanya membunuh dan membuat kerusakan di muka bumi.
Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan ?"
(QS. Al-Baqarah:31-33)
Kecerdasan manusia terletak pada
otaknya. Semua saraf, pikiran dan kecerdasan manusia bersumber dari otaknya
(akalnya). Dengan kecerdasan akalnya, manusia mampu menciptakan sesuatu demi
kemudahan hidupnya dengan teknologi-teknologi terbaru. Itu semua merupakan
anugerah dari Alloh yang diberikan kepada manusia berupa akal pikiran, sehingga
manusia dengan mudah mampu menyerap berbagai ilmu pengetahuan dan
mengembangkannya.
Anggapan
malaikat yang menyatakan bahwa manusia tidak akan bisa menjalankan tugas
kekhalifahannya, bahkan hanya bisa menumpahkan darah dan berbuat kerusakan di
bumi, akan terjadi manakala tidak ada keseimbangan antara seluruh jenis
kecerdasan yang telah dikaruniakan oleh Alloh kepada manusia.
Manusia
bukanlah sebangsa malaikat atau iblis. Dia tidak pasti atau tidak selalu taat,
tunduk dan patuh, tetapi juga tidak selalu jahat, membangkang dan sesat. Dia
adalah makhluk yang hidupnya senantiasa berada di antara dua kekuatan malaikat
dan iblis. Dia bisa terdorong untuk melakukan kemaksiatan, tapi karena dia
adalah makhluk yang memiliki kesadaran memilih, dia juga berpotensi untuk
menjadi makhluk yang taat seperti malaikat. Kelebihan karena manusia mahkluk
yang diberi kesadaran dan kebebasan memilih inilah yang menyebabkan status
sebagai khalifah di bumi jatuh ke tangan manusia.
Kelebihan lain yang dimiliki manusia
yang tidak dimiliki oleh malaikat sekalipun, bahwa manusia adalah makhluk yang
disiapkan untuk berpengetahuan. Alloh SWT mengajari Nabi Adam as. dengan
nama-nama di mana hal ini tidak pernah diajarkan sebelumnya kepada para
malaikat, merupaka proses awal dari sejarah dipersiapkannya manusia sebagai
makhluk yang berpengetahuan.
Dari kelebihan
ini dapat dipahami bahwa sesungguhnya ilmu lebih penting daripada ibadah, dan
ilmu merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan
kekhalifahan di muka bumi ini. Apabila ibadah lebih penting dan yang menjadi
syarat untuk menjalankan kekhalifahan, tentu malaikat yang akan dipilih Alloh
SWT sebagai khalifah, karena jauh sebelum Adam diciptakan, malaikat sudah
menjadi makhluk yang taat beribadah kepada Alloh SWT.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
sejarah terdapat khalifah-khalifah yang berlaku sewenang-wenang dengan alasan
bahwa mereka adalah wakil Tuhan di bumi. Namundalamhal
ini mereka sangatkelirudalammemahami dan mempraktekkankekhalifahanitu.
Hubungan antara manusia
dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya,
bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan,
atau antara tuan dengan hambanya,
tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukkan kepadaAlloh SWT. Karena walaupun
manusia mampu mengelola (menguasai), namun hal tersebu tbukan akiba tkekuatan yang
dimilikinya, tetapi akibat Alloh SWT menundukkannya untuk manusia.
Dengan demikian,
kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia
dengan alam sesuai petunjuk-petunjuk Alloh yang
tertera dalam wahyu-wahyu-Nya. Semua itu harus ditemukan kandungannya oleh manusia
sambil memperhatikan perkembangan situasi lingkungannya.
Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah,
manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan
keadilan serta menyiarkan kebaikan kemaslahatan. Ini merupakan perkara yang
sangat mendasar untuk diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan,
tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan, karenanya ini
menjadi persyaratan utama bagi manusia untuk menjalankan fungsi khalifah pada
dirinya.
Penggunaan istilah khalifah dalam bentuk mufrad
(tunggal) yang berarti penguasa politik untuk mengelola wilayah territorial
tertentu hanya digunakan pada zaman nabi, dan tidak digunakan untuk manusia pada
umumnya. Sedangkan untuk manusia pada umumnya biasa digunakan istilah “Khala’if”
yang menyandang arti luas, yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga
penguasa dalam berbagai bidang kehidupan.
Selain
sebagai khalifah di mukabumi, Alloh SWT menciptakan manusia supaya mereka
beribadah dan menyembah kepada Alloh.
Ibadah dibagi menjadi ibadah hati, lisan
dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengaharap), mahabbah (cinta),
tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut)
adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan
tasbih, tahlil, takbir, tahmid, dan syukur dengan lisan dan
hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan sholat, zakat,
haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati)
Allah memberitahukan bahwa
hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah hanya kepada Allah. Dan Allah Maha kaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya karena
ketergantungannya kepadaAlloh SWT.
Maka barangsiapa yang menolak beribadah kepadaAlloh,
ia adalah sombong.
Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa
yang disyari’atkan-Nya maka dia adalah mubtadi’ (pelakubid’ah). Dan barangsiapa
yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya,
maka dia adalah muwahhid (yang mengesakanAlloh).
Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah,
manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan
dan kemaslahatan, ini merupakan perkara yang
sangat mendasar untuk bisa diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan
kemaslahatan tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa di wujudkan. Karenanya
ini menjadi persyaratan utama bagi manusia unut kmenjalankan fungsi khalifah pada
dirinya.
D. HIDUP SUKSES
DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
Sejatinya sukses menurut pandangan al Qur’an adalah
kebahagiaan yang kekal, yaitu kebahagiaan di dunia juga di akherat. Kita
sebagai manusia tentu selalu punya harapan untuk menjadi orang sukses, entah itu
dalam urusan dunia atau akherat. Islam mempunyai cara agar kita menjadi orang
sukses yaitu:
1.
Mulai dengan Ilmu
Cara
menjadi orang sukses menurut Al Qur’an ialah dengan memiliki ilmu. Dengan ilmu,
seseorang akan menjadi orang sukses yang mampu memanfaatkannya untuk kebaikan
dan hal yang bermanfaat. Jika ingin sukses, maka yang harus dilakukan pertama
kali ialah dengan menuntut ilmu. “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (QS Al Alaq : 5). keutamaan berilmu dalam islam akan menuntu
pada kesuksesan.
2.Berubah
dari Diri Sendiri
Agar dapat
mencapai kesuksesan harus diawali dengan mengubah diri sendiri terlebih dahulu,
mengubah kebiasaan buruk menjadi semangat. “Allah tidak akan mengubah nasib
suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah keadaan yang ada pada
dirinya”. (QS Ar Rad : 11).
3.
Berdoa
Usaha
tidak akan lengkap tanpa disertai doa. Doa merupakan sebuah wujud bahwa kita
melibatkan Allah dalam setiap harapan “Maka bermohonlah kepada Ku”. (QS Al
Baqarah : 186). Dengan menjalankan doa pembuka rezeki dari segala penjuru akan
menjadi salah satu jalan untuk meraih kesukesan.
4.
Sedekah
Perumpamaan
orang yang menafahkan hartanya di jalan Allah (sedekah) adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji.
Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah
maha luas karunia Nya lagi maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah : 261). Sedekah
tidak akan mengubah seseorang menjadi miskin. Sedekah akan membuat jalan rejeki
menjadi lebih lapang sehingga segala usaha mendapat kemudahan dari Allah.
5.
Bersyukur
Cara
menjadi orang sukses menurut Al Qur’an salah satunya dengan jalan rajin
bersyukur, bersyukur akan memberikan perasaan bahwa kita adalah hamba Allah
yang beruntung sehingga menjadi lebih bersemangat dalam menjalani langkah
langkah menuju kesuksesan serta terhindar dari putus asa. “Jika kamu bersyukur
akan Ku tambah nikmat untukmu”. (QS Ibrahim : 7). keutamaan bersyukur dalam
islam akan mendapat jalan untuk menjadi orang yang di ridhoi Allah dalam
usahanya menggapai suskes.
6.
Bertaqwa
“Barang
siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar
dan rezeki dari arah yang tidak disangka sangka”. (QS Ath Thalaaq : 2). Taqwa
juga berperan penting dalam kesuksesa, orang yang bertaqwa akan mendapat kasih
sayang dari Allah sehingga segala kesulitan yang dialaminya akan mendapat
pertolongan dari jalan yang tidak disangkanya.
7.
Niatkan karena Allah
“Barangsiapa
mengerjakan amal saleh dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan pahala jauh lebih baik dari apa yang mereke kerjakan”.
(QS An Nahl : 97). Niatkan kesuksesan yang dikejar untuk mendapat ridho Allah
di dunia dan di akherat, jangan mengejar suskes semata karena ingin dipuji atau
karena duniawi.
8.
Amanah
Lakukan
segala usaha dengan jujur, jangan tergoda dengan jalan yang slaah, seperti
membeli jabatan agar cepat sukses. Miliki segala sesuatu dengan jalan yang
benar dan jadilan orang yang amanah. “Sesungguhnya harta dan anak anak mu
hanyalah cobaan bagimu”. (QS At Taghabun : 15).
9.
Jangan Menuruti Hawa Nafsu
“Dan kamu
mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan”. (QS Al Fajr : 20). Sukses
memang impian setiap orang, tetapi jangan hanya mengejar sukses dalam hal
duniawi, jangan mencintai harta atau hal duniawi berlebihan, sebab segala yang
dimiliki hamba Allah hanyalah titipan yang sewaktu waktu dapat diambil oleh
Nya.
10.
Hindari yang Haram
“Mereka
itu adalah orang yang suka mendengar berita bohong dan memakan yang haram” (QS
Al Maidah : 42). Hindari langkah yang curang misalnya membeli ijazah palsu agar
dapat menggunakannya untuk naik pangkat. Keberkahan berpengaruh dari halal dan
haram cara yang dilakukan.
11.
Ikhlas
“Barang
siapa menjadikan akherat sebagai tujuannya maka Allah akan menjadikan kekayaan
dalam hatinya”. (HR At Tirmidzi). Kejar sukses dengan niat yang ikhlas karena
Allah dan dengan niat menggunakan kesuksesan tersebut di jalan Allah. Tentu
saja bukan niat yang hanya berhubungan dengan duniawi seperti harta, jabatan,
dan lain lain tetapi juga mengahrap sukses di akherat sebab merupakan salah
satu keutamaan ikhlas dalam islam.
Sukses
dalam islam wajib diikuti dengan rasa ikhlas dalam menjalani tiap prosesnya
dengan sungguh dan ebrharap ridho Allah. Hasil dari setiap usaha bergantung
dari keikhlasan dalam hati. Jika suatu hal dilakukan dengan ikhlas, tentu
hasilnya akan lebih baik dan lebih berkah.
12.
Istiqomah
Istiqomah
artinya tekun atau terus menerus dan tidak berkurang. Lakukan usaha dengan istiqomah
agar mendapat kelapangan dari Allah sebab orang yang bersungguh sungguh pasti
akan mendapatkan hal yang diinginkan. “Jikalau mereka tetap berjalan lurus di
atas jalan itu (islam) benar benar Kami akan memberi minum kepada mereka air
yang segar (rezeki yang banyak)”. (QS Al Jinn : 16).
13.
Sabar
Setiap
orang yang sukses pasti pernah menjalani berbagai tahap dengan berbagai ujian,
cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an adalah dengan sabar ketika mendapat
kesulitan atau rintangan dalam usaha. Wajib percaya pada Allah bahwa sabar akan
menjadikan jalan kesuksesan untuknya. “Dan berikanlah berita gembira kepada
orang orang yang sabar, yaitu yang ketika ditimpa musibah mereka mengucapkan :
sungguh kita semua ini milik Allah dan sungguh kepada Nya lah kita kembali”.
(QS Al Baqarah : 155-156).
14.
Tidak Putus Asa
Orang yang
sukses tidak menyerah ketika menghadapi tantangan, hal tersebut justru menjadi
dorongan untuk menjadi lebih giat lagi dalam berusaha. Orang yang putus asa
artinya tidak percaya pada rahmat Allah. “Dan janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah melainkan orang
orang yang kufur” (QS Yusuf : 87)
15.
Memiliki Keberanian
“Allah
tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya”.
(QS Al Baqarah : 286). Jika sedang mencapai kesuksesan dan mendapat rintangan
dalam prosesnya, cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an adalah dengan
menyerahkan semuanya kepada Allah disertai usaha dan doa yang maksimal. Sebab
Allah yang paling memahami kemampuan hamba Nya dimana Allah tidak akan memberi
ujian di luar kemampuannya.
16.
Percaya Allah Maha Penolong
“Maka
sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (QS Al Insyiroh : 5). Jika
kita membaca kisah kisah orang sukses, tentu akan menemui masa dimana ada
kesulitan yang dialami orang tersebut. Umumnya kesuksesan atau tahap yang lebih
tinggi akan didapatkan setelah berhasil melewati kesulitan tersebut.
Begitu
juga dengan hamba Allah lainnya, ketika kita sedang berusaha meraih kesuksesan
atau impian dan menemui hambatan, ketahuilah bahwa hal tersebut bukan hanya
dialami oleh kita, mungkin banyak orang yang mendapatkan ujian lebih berat
tetapi sanggup melewatinya. Maka kita wajib berfikir demikian bahwa Allah
selalu memberi jalan di tiap ujian.
17.
Jangan Sombong
Ketika
sudah berhasil mencapai tahap tertentu dalam langkah menuju sukses dan terasa
impian sudah berada dekat di depan mata, tidak diperbolehkan merasa sombong dan
melupakan Allah. Banyak orang yang lalai ketika diuji dengan kesenangan. “Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong”. (QS Al Isra : 37).
Biasanya
orang akan merasa bahwa dirinya bisa mencapai tahap tersebut sebabdari kerja keras dan usaha dirinya
sendiri, tidak ada peran dari Allahs sedikitpun. Hal inilah yang dapat menjadi
penghalang kesuksesan. Cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an adalah
dengan senantiasa rendah hati. Jauhi sombong dan tetap meningkatkan kualitas
diri sehingga sukses akan datang menghampiri.
Dengan
menerapkan cara cara sukses menurut Al Qur’an ini, InsyaAllah kita akan menjadi
orang yang sukses serta mendapat kebahagiaan dan ketenangan.
Pustaka
online:
https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2014/05/12/21430/sudah-luruskkah-orientasi-hidup-kita.html
http://fajrifm.com/dua-orientasi-hidup-manusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar