Jumat, 01 November 2019

Manusia dan Kehidupan




A.   PERJALANAN MANUSIA DARI ALAM RUH HINGGA ALAM AKHIRAT

1.Alam ROH
            Manusia terdiri dari 2 kepribadian, yaitu pribadi spirit/roh dan pribadi duniawi/jasad, oleh karena itu secara teoritis dia bisa hidup dalam dua alam, yaitu alam roh dan alam duniawi. Pada awalnya sebelum kita terlahir di Dunia yang penuh dengan kisah, cerita susah atau senang dimana dunia penuh dengan hiasan, godaan dan ujian bagi setiap manusia.


2.Alam RAHIM
            Alam rahim adalah masa perpindahan sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan dimana masa kehidupan manusia sejak dalam tulang sulbi ayah dan rahim ibu sebelum dilahirkan. Ketika Allah SWT menciptakan Adam a.s. Dia menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu kaum “ahli kanan” (ahlulyamin) dan kaum ahli kiri (ahlul-syimal). Allah SWT pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang punggung Adam a.s. pada hari mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keesaan dan ketuhanan Allah SWT di Na'man, sebuah lembah yang dekat padang Arafah). Mengenai hal ini Allah swt berfirman dalam surah al-A’raf ayat 172: 

      "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (anak-anak Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". 

3.Alam DUNIA
            Alam Dunia adalah Masa kehidupan di dunia sejak dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah SWT, dimana proses perpindahan dari Alam Rahim ke Alam Dunia bukanlah hal yang gampang. Selama sembilan bulan di alam rahim itu, janin tumbuh dan membentuk diri sehingga menjadi bentuk yang sempurna.

Dengan izin Allah SWT kita terlahir ke dunia ini dengan perjuangan ibu yang melahirkan kita antara hidup dan mati. Al-Quran menyebut perjuangan itu dengan istilah “wahnan ‘ala wahnin” (kelemahan di atas kelemahan), saking sakitnya proses melahirkan itu. Hanya karena izin Allah SWT kita bisa selamat terlahir ke dunia hingga hidup seperti sekarang ini. 

            "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Lalu Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan Kami jadikan gumpalan daging itu tulang belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta." (QS: Al-Mu’minun: 12-14.)

4.Alam BARZAH/KUBUR
            Alam kubur disebut juga dengan alam Barzakh. Ketika manusia meninggal, mereka akan menempati alam ini sampai hari kiamat tiba. Alam barzah adalah suatu dunia lain yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan amal perbuatan kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di dalam kubur akan mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat duniawi, sedangkan sebaliknya bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa kubur praneraka yang pedih sudah menanti di depan mata.
  Alam Barzah adalah kurun waktu (periode) di antara saat kematian manusia di dunia ini dengan saat pembangkitan (dihidupkannya kembali) manusia di Hari Pembalasan. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam periode ini. Namun demikian, kita dapat menyimak dari berbagai ayat didalam kitab suci Al-Qur-an dan Hadits Nabi Muhammad SAW mengenai periode ini. Sebagai contoh, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An’aam Ayat 93

“Jika saja kamu dapat melihat betapa dahsyatnya saat orang-orang zalim didalam sakaratul maut, Para malaikat memukul dengan tangan mereka (seraya berkata), “Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini kamu akan dibalas dengan siksa yang menghinakan; karena perkataan-perkataanmu yang selama ini kamu ucapkan perihal Allah yang tidak benar, dan kamu selalu sombong terhadap petunjuk (ayat-ayat)-Nya.”

            Jelaslah dari ayat ini bahwa manusia bisa mendapatkan hukuman diwaktu kematian mereka. Dan dalam sebuah hadits Asma bin Abu Bakar RA meriwayatkan bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW menasehati umat dan menjelaskan perihal siksa kubur. Ketika beliau menjelaskan hal ini, semua orang beriman mulai menangis dengan kerasnya, sehingga terciptalah suasana seperti berbaurnya beraneka-ragam ratap-tangis. Bahwasanya Utsman bin Affan ra. menangis ketika berdiri di atas kubur. Seseorang bertanya padanya, "Mengapa Anda menangis karena kubur?
            Ketika menerangkan mengenai surga dan neraka Anda tidak menangis." Jawabnya, "Rasulullah saw bersabda: Kubur adalah tempat awal bagi akhirat. Jika seseorang selamat dalam kubur maka harapan baik baginya. Karena sesudah itu ringan baginya. Tetapi jika seseorang celaka dalam kubur maka pertanda buruk. Karena sesudah itu sangat berat baginya."

5.Alam AKHIRAT
            Alam akhirat adalah Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan syurga atau dalam kepedihan neraka. Seseorang tidak mungkin memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai persoalan-persoalan yang belum ia alami atau belum mengetahuinya secara hudhuri, atau belum ia sentuh dengan indranya. Berangkat dari kenyataan ini, kita tidak dapat meyakini hakikat alam akhirat dan keadaan-keadaannya secara detail dan sempurna, kita juga tidak dapat menyingkap hakikat-hakikatnya. Meski begitu, kita bisa mengetahui sifat-sifat akhirat melalui akal atau wahyu. Adapun sarana untuk mengetahui sifat-sifat tersebut kita dapat mengenalnya melalui ciri-ciri dari alam akhirat, yaitu :
1. Alam akhirat bersifat kekal dan abadi
2. Alam akhirat merupakan wadah yang pasti untuk terealisasinya kenikmatan dan kasih sayang yang seutuhnya, tanpa ada kesusahan dan kelelahan di dalamnya, sehingga orang-orang yang telah mencapai tingkat kesempurnaan insaninya dapat menikmati kebahagiaan itu. Alam tersebut tidak dicemari oleh maksiat dan penyelewengan apapun. Berbeda dengan dunia yang di dalamnya kebahagiaan yang seutuhnya tidak mungkin terwujud. Yang hanya terwujd di dunia adalah kebahagiaan semu dan bercampur dengan berbagai kesulitan dan kesengsaraan.
3. Alam akhirat setidaknya meliputi dua bagian yang terpisah, yang pertama adalah rahmat, dan yang kedua adalah siksa, sehingga dapat dibedakan orang-orang yang baik dari orang-orang yang jahat, dan masing-masing mendapatkan balasan perbuatannya.Kedua bagian ini biasa dikenal dalam syariat dengan istilah surga dan neraka.

4. Alam akhirat itu luas sehingga bisa menampung pahala dan siksa bagi seluruh umat manusia atas segala apa yang mereka lakukan, berupa amal baik dan amal buruk. Misalnya, ketika seseorang melakukan pembunuhan atas jutaan manusia yang tidak bersalah, hukuman siksa terhadapnya semestinya bisa terjadi di alam itu. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang menyelamatkan nyawa jutaan umat manusia, ia dapat menerima pahala setimpal yang terdapat di alam tersebut.

5. Alam akhirat itu merupakan tempat pembalasan, bukan tempat pembebanan tugas dan tanggung jawab.

6. Alam Setelah Hari Akhir 
1. Yaumul Barzah, adalah hari penantian seluruh umat manusia yang telah    meninggal. Yaitu nanti masa dibangkitkan manusia dari alam kubur untuk menhadap kepada Allah guna mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan ketika di dunia.
2. Yaumul Ba'as, adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur.
3. Yaumul Mahsyar, adalah hari dikumpulkannya manusia setelah dibangkitkan dari alam kubur, untuk menunggu pengadilan dari Allah SWT.
4.Yaumul Hisab, adalah hari perhitungan amal perbuatan manusia selama selama hidup di dunia.
5.Yaumul Mizan, adalah penimbangan amal perbuatan manusia setelah diperhitungkan baik buruknya selama hidup di dunia.
6. Sirat,  adalah jalur atau jalan penentu dari masing-masing manusia stelah dihisab dan ditimbang amal baik buruknya. Pada tahap ini manuisa akan ditentukan msuk neraka atau masuk surga . Hal ini tergantung amal baik dan amal buruk.
7. Syafaat, adalah pertolongan yang diperoleh umat manusia yang beriman, Islam dan ihsan. Pertolongan tersebut berasal dari amal perbuatan yang baik ketika di dunia.


Bagi orang beriman dan beramal saleh kelak pada hari Kiamat akan mendapat syafaat berupa kemudahan dan keringanan dari berbagai kesulitan yang dihadapi.
8.Surga dan Neraka, adalah tempat terakhir pembalasan manusia. Bagi yang beramal baik akan masuk surga dan sebaliknya orang yang beramal buruk akan masuk neraka.  

Nama-Nama Lain Hari Kiamat
1. Yaumul Akhir atau hari akhir, maksudnya adalah hari yang paling akhir dalam kehidupan manusia. Setelah peristiwa kiamat ini tidak akan dijumpai hari-hari lain kecuali hari akhir. Segala peristiwa dan kejadiannya sudah tidak sama dengan alam di dunia.
2. Yaumul kiamat atau hari kiamat, maksudnya hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya pada waktu hidup di dunia.
3. Yaumul hisab atau hari perhitungan, maksudnya segala amal perbuatan manusia akan dihitung, sebesar apapun perbuatan tersebut baik perbuatan yang buruk maupun perbuatan yang baik. Perhitungan ini tidak akan mengalami kesalahan. Amal perbuatan manusia akan diperhatikan dan dimintai pertanggungjawabannya.
4. Yaumul jaza’ atau hari pembalasan amal,  maksudnya manusia yang melakukan amal kebaikan akan mendapat balasan surga, sedang manuisa yang melakukan amal perbuatan yang buruk atau dosa akan mendapat balasan neraka.
5. Yaumul fasli atau hari keputusan, maksudnya setiap manuisa di hari akhir nanti akan mendapatkan keputusan terakhir tentang nasibnya. Hal ini sesuai dengan amal perbuatannya pada waktu di dunia.
6. Yaumul taqabun atau hari kerugian, maksudnya pada hari kiamat nanti, dengan segala keputusan dan kepastian yang diperoleh dari Allah, semuanya akan mengalami kerugian, terutama bagi mereka yang tidak memperbanyak amal kebaikan dan saleh pada waktu di dunia.
7. Yaumul hasyr atau hari penyesalan, maksudnya setiap manusia akan menyesal dengan segala amal perbuatannya. Bagi mereka yang tidak berbuat baik akan menyesal mengapa ketika hidup di dunia tidak patuh kepada Allah. Sedang mereka yang berbuat baik akan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal saleh.
8. Yaumul waid atau hari ancaman, maksudnya pada hari kiamat nanti manusia yang berbuat buruk di dunia akan mendapat siksaan dari Allah SWT.
9. Yaumud hid atau hari pertanggungjawaban agama, maksudnya pada hari kiamat nanti setiap manusia akan mempertanggungjawabkankebenaran agama yang dianutnya.


B.   RAGAM ORIENTASI HIDUP MANUSIA
Latar belakang kenapa kita membahas orientasi hidup manusia khususnya umat islam karena pada saat ini kebanyakan umat Islam telah mengalami penyimpangan orientasi hidup dari apa yang dicita-citakan generasi terdahulu. Umat Islam telah menjadikan harta/materi sebagai  standar kebahagiaan mereka. Cukup jelas buktinya dengan melihat kecenderungan yang sangat tinggi pada dunia. Dengan berbagai alasan yang seakan-akan disebut sebagai kebaikan, mereka terus-menerus mengejar dunia.
“Kalau saya kaya, saya bisa beribadah dengan tenang dan bisa menunaikan ibadah haji sebagai rukun Islam. Saya bisa membahagiakan orangtua dan bisa banyak bersedekah,” begitu kira-kira kalimat khayalan yang kerap memenuhi benak kebanyakan umat Islam saat ini. Padahal sudah banyak sekali contoh bahwa hal tersebut adalah amal angan-angan yang belum tentu dia lakukan pada saat kaya nanti.
Cobalah simak kisah Tsa’labah bin Haathib yang bercita-cita ingin kaya lalu minta didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dalam pikirannya, “Ketika kaya nanti ingin lebih rajin beribadah”. Namun, ketika keinginan kaya itu menjadi kenyataan berupa diberikannya oleh Allah Subhanahu wata’ala ratusan kambing, Tsa’labah bukan malah semakin taat beribadah, tapi justru lupa ibadah kepada Allah karena sibuk mengurusi kambingnya yang semakin hari semakin banyak.
Zaman sekarang, kejadian ini juga banyak dijumpai dengan berbagai macam fakta yang berbeda-beda tapi intinya sama yakni menjadikan dunia sebagai tujuan dan standar kebahagiaan.

2  MACAM ORIENTASI (TUJUAN) HIDUP MANUSIA
“Barangsiapa yang dunia menjadi tujuannya, maka Alloh akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan di hadapan kedua matanya, serta tidak akan datang dunia kepadanya kecuali apa yang telah ditulis oleh Alloh baginya. Sebaliknya barangsiapa yang akhirat menjadi tujuannya, maka Alloh akan menghimpun baginya urusannya dan Dia jadikan kekayaan di dalam hatinya, serta dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al-Albani).


Hadits di atas menerangkan kepada kita bahwa tujuan hidup manusia itu ada dua:
1.             Dunia dan perhiasannya.
Ini mencakup apa saja selain ridho Alloh dan surga-Nya, seperti keinginan untuk dipuji dan disanjung, kedudukan dan kebesaran di hati manusia, harta dan jabatan, dan lain sebagainya. Semua tujuan itu adalah remeh dan hina dalam pandangan Alloh ta’ala. Siapa yang tujuan hidupnya terfokus pada hal-hal di atas, maka ia akan sengsara di dunia dan di akhirat.
2.             Akhirat dan ridho Alloh subhanahu wa ta’ala.
Inilah tujuan hidup seorang mukmin sejati. Dan inilah yang dicintai dan diridhoi oleh Alloh. Siapa yang tujuan hidupnya adalah akhirat dan ridha Alloh, maka dia akan dicukupi oleh Alloh semua urusannya. Dalam al-Qur’an, berulang kali Alloh subhanahu wa ta’ala menekankan pentingnya niat yang ikhlas, di antaranya Dia berfirman yang artinya:

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki, kemudian Kami jadikan baginya neraka Jahannamyang ia akan memasukinyadalam keadaan tercela dan terusir. Dan berangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat serta beramal untuk akhirat dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah seorang mukmin, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya akan dibalasi oleh Alloh.”        
(QS. Al-Isroo’: 18-19)

Boleh jadi, seseorang melakukan amal-amal yang besar, namun tidak diterima oleh Alloh subhanahu wa ta’ala, amal tersebut menjadi sia-sia, dan pelakunya hanya akan menuai siksa, karena ada kecacatan dalam niatnya. Dari Abu Hurairoh rodhiallohu anhu, dia berkata,
“Aku pernah mendengar Rosululloh sholallohu alihi wasallam bersabda:
‘Sesungguhnya orang yang pertama-tama diadili pada hari kiamat kelak ialah
---(pertama) orang yang mati syahid. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat Alloh. Maka dia pun mengakuinya. Alloh bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku berperang karena Engkau hingga syahid.’ Alloh berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau berperang supaya engkau dikatakan ‘dia adalah orang yang gagah berani.’ Dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintah agar dia diseret di atas wajahnyalalu dilemparkan ke dalam neraka.
---(kedua) Seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta menghafal al-Qur’an. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan nikmat-nikmat Alloh. Maka dia pun mengakuinya. Alloh bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta aku menghafal al-Qur’an karena-Mu. Alloh ta’ala berfriman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan ‘dia adalah orang yang berilmu’ dan engkau menghafal al-Qur’an agar dikatakan ‘dia adalah qori (pandai membaca)’. Dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan agar diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.
---(ketiga) Orang yang diberi kelapangan rizki oleh Alloh dan berbagai macam harta. Lalu di didatangkan ke pengadilan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat Alloh. Maka dia pun mengakuinya. Alloh bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau suka agar harta dibelanjakan di jalan itu, melainkan aku belanjakan hartaku di jalan itu karena-Mu’. Alloh berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau melakukan hal itu agar dikatakan ‘dia seorang pemurah’. Dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya, hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
(HR. Muslim, no 1905, Nasa’I, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban)

Tatkalah Mu’awiyah rodhiallohu anhu mendengar hadits ini, dia menangis sesenggukan hingga pingsan. Setelah siuman dia berkata, “Alloh dan Rosul-Nya benar.”
                “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16).
Beliau juga berkata, “Jika itu yang diperlakukan kepada tiga macam orang tersebut, lalu bagaimana dengan selain mereka?”Hal ini karena Alloh ta’ala adalah Dzat Yang Maha Kaya dan sangat tidak suka dipersekutukan. Alloh befriman dalam hadits qudsi-Nya yang artinya sebagai berikut:
“Aku adalah Dzat Yang paling tidak butuh dengan persekutuan. Barangsiapa yang melakukan suatu amal dengan menyekutukan Aku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya.” (HR. Muslim, no. 2985). Hadits di atas juga menekankan pentingnya ikhlas dalam semua amal shalih kita. Hal ini karena Alloh tidak akan menerima amal sholih kita kecuali dengan dua syarat, yaitu ikhlas karena Alloh dalam niatnya, dan mencontoh Rosululloh sholallohu alihi wasallam dalam pelaksaannya. Oleh karena itu, perhatian para ulama salaf terhadap niat sangatlah besar. Tidak sedikit di antara mereka yang memulai kitab-kitabnya dengan mencantumkan hadits:
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya. Dan seseorang itu hanya akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya, akan dicatat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Tapi barangsiapa yang hijrahnya untu mencari dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Fudhail bin ‘Iyadh rohimahulloh ketika menjelaskan firman Alloh subhanahu wa ta’ala:
“Yang telah menjadikan kematian dan kehidupan agar Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang paling baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2), ia berkata, bahwa yang dimaksud dengan siapa yang terbaik amalnya adalah yang ikhlas dan paling shawab (benar), yakni mencontoh Rosululloh sholallohu alihi wasallam.
Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi seorang muslim yang menginginkan keselamatan di dunia dan akhirat untuk selalu memperhatikan keikhlasan niatnya. Inilah yang dituntut oleh Alloh subhanahu wa ta’ala dalam setiap amal-amal kita. Dengan keikhlasan tersebut, Alloh akan memberkahi suatu amal dan menerimanya serta menyediakan balasan yang agung di sisi-Nya. Semoga Alloh ta’ala mengilhamkan kepada kita ikhlas dan ittiba’ (mencontoh) Rosul-Nya sholallohu alihi wasallam.

C.   FUNGSI DAN TUJUAN MANUSIA

Manusia diciptakan Allah SWT berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nuftah, alaqah dan mudqah sehingga menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, menusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah SWT.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka segala sesuatu dapat terjadi.
Tentunya Allah SWT menciptakan manusia dan seluruh ciptaannya dengan tujuan dan fungsi tertentu. Maka dari itu penulis akan membahas tentang tujuan penciptaan manusi di muka bumi dengan merujuk dari ayat-ayat Al-Qur’an

PEMBAHASAN
Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot diprogram untuk mematuhi setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah mematuhi setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya.
           


Seperti firman Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56.
 وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ                              
“Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepada-Ku.”
Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang pencipta, Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam sholat saja.Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertikal maupun horizontal.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi ini”. Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqoroh 130). Manusia diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat.Untuk menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan perangakat yang sempurna.Perangkat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia dapat memiliki waktu untuk mengembangaka potensi itu.
Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah selain-Nya. Sebab nenyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi resah gelisah dan gundah gulana.
1.         Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Adz-Dzaariyaat, 51:56-58).
Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan dengan dekimikian itulah agama yang lurus. (Bayyinah, 98:5)



2.     Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1)         Belajar (An Naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2)         Mengajarkan ilmu (Al Baqarah : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran.
3)         Membudayakan ilmu (Al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia. Yaitu:
         Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Dijelaskan dalam QS Az Dzariyat: 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”.
         Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172.
         Menjadi hamba Allah. “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu? ”. Mereka menjawab, ”Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
         Khalifah Allah, Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.
3.         Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Di dalam hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dalam ayat (Q.S Al-Baqarah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa dengan perincian:
1)         Iman kepada Allah: kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan kepada nabi-nabi.
2)         Amal saleh:
a)         Kepada sesama manusia: dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
b)         Kepada Allah: menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat.
c)         Kepada diri sendiri: menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan, penderitaan dan peperangan.
Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap khalik.
4.         Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Agar manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya,
Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia jatuh ke tingkat yang paling rendah.



KESIMPULAN
      Ditegaskan dalam Al-quran surat Adz-Dzaariyat 56:

وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka menyebah kepada-Ku”.
Surat Al-Baqoroh 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat “sesunguhnya aku hendak menjadika khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbis dengan memuji Engkau dan mensucikan Engaku?”. Tuhan berfirman “sesungguhnya Aku mengtahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Dari dua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan diciptakannya manusia (dari sisi manusia) adalah untuk mengabdi kepada Allah dan emnjadi khalifah di muka bumi.  

Dapat dijelaskan pula berdasarkan firman Allah surat Thoha ayat 14

ٳِنَّـﻨِـيْ اَ ﻨَـﺎ اﷲۥ ﻻَٓﺇِِِﻠـﮫۥﺇِﻻّ اَﻨَـﺎْﻔَـﺎﻋْﺒۥدْﺒِﻰوَأََﻘِﻢِٱﻠﺼﱠﻠَﯛﺓََﻠِﺫِﻜْرِىٓ﴿١٤

“Sesungguhnya aku ini adalah Allah tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku”.
Dan berdasarkan ayat diatas penulis tambahkan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah agar Allah dikenal oleh mahkluknya. Benar bahwa Allah sudah agung tanpa atau dengan penciptaan manusia, tapi tujuan akhir manusia itu sendiri adalah kesempurnaan manusia. Kesempurnaan manusia bisa dicapai dengan taqwa dan beribadah kepada Allah SWT.
Manusia diciptakan dan ada di bumi ini tidak hanya sekedar untuk hidup saja. Alloh SWT menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna, yang dilengkapi dengan akal dan pikiran. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia tersebut merupakan konsekuensi suatu tugas yang diamanahkan kepada manusia di muka bumi ini.
            Sebagai makhluk yang telah diberi kesempurnaan, manusia haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi, atau dengan kata lain sebagai khalifah.
            Apa yang dimaksud dengan khalifah?
Khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan, yang berarti meneruskan. Sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Alloh SWT.
            Arti asal khalifah ialah “di belakang”, dan karena arti ini maka khalifah sering diartikan “pengganti” (karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang digantikan). Menggantikan yang lain berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik bersama-sama dengan yang digantikannya maupun sesudahnya. Kekhalifahan juga terlaksana atau dilaksanakan karena ketiadaan tempat, kematian, atau ketidakmampuan orang yang digantikan, dan dapat juga sebagai penghormatan yang diberikan dari yang digantikan kepada yang menggantikan.
            Karena tanggung jawab yang berat inilah, eksistensi (keberadaan) manusia sebagai khalifah Alloh, sempat diragukan malaikat. Malaikat malah mempunyai anggapan yang berbeda tentang eksistensi manusia. Mereka beranggapan bahwa manusia tidaklah pantas untuk menyandang gelar khalifah, karena manusia dalam pandangan malaikat adalah makhluk yang pekerjaannya hanya membunuh dan membuat kerusakan di muka bumi.
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?"
(QS. Al-Baqarah:31-33)
Kecerdasan manusia terletak pada otaknya. Semua saraf, pikiran dan kecerdasan manusia bersumber dari otaknya (akalnya). Dengan kecerdasan akalnya, manusia mampu menciptakan sesuatu demi kemudahan hidupnya dengan teknologi-teknologi terbaru. Itu semua merupakan anugerah dari Alloh yang diberikan kepada manusia berupa akal pikiran, sehingga manusia dengan mudah mampu menyerap berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkannya.
            Anggapan malaikat yang menyatakan bahwa manusia tidak akan bisa menjalankan tugas kekhalifahannya, bahkan hanya bisa menumpahkan darah dan berbuat kerusakan di bumi, akan terjadi manakala tidak ada keseimbangan antara seluruh jenis kecerdasan yang telah dikaruniakan oleh Alloh kepada manusia.
            Manusia bukanlah sebangsa malaikat atau iblis. Dia tidak pasti atau tidak selalu taat, tunduk dan patuh, tetapi juga tidak selalu jahat, membangkang dan sesat. Dia adalah makhluk yang hidupnya senantiasa berada di antara dua kekuatan malaikat dan iblis. Dia bisa terdorong untuk melakukan kemaksiatan, tapi karena dia adalah makhluk yang memiliki kesadaran memilih, dia juga berpotensi untuk menjadi makhluk yang taat seperti malaikat. Kelebihan karena manusia mahkluk yang diberi kesadaran dan kebebasan memilih inilah yang menyebabkan status sebagai khalifah di bumi jatuh ke tangan manusia.
            Kelebihan lain yang dimiliki manusia yang tidak dimiliki oleh malaikat sekalipun, bahwa manusia adalah makhluk yang disiapkan untuk berpengetahuan. Alloh SWT mengajari Nabi Adam as. dengan nama-nama di mana hal ini tidak pernah diajarkan sebelumnya kepada para malaikat, merupaka proses awal dari sejarah dipersiapkannya manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan.
Dari kelebihan ini dapat dipahami bahwa sesungguhnya ilmu lebih penting daripada ibadah, dan ilmu merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan kekhalifahan di muka bumi ini. Apabila ibadah lebih penting dan yang menjadi syarat untuk menjalankan kekhalifahan, tentu malaikat yang akan dipilih Alloh SWT sebagai khalifah, karena jauh sebelum Adam diciptakan, malaikat sudah menjadi makhluk yang taat beribadah kepada Alloh SWT.
            Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sejarah terdapat khalifah-khalifah yang berlaku sewenang-wenang dengan alasan bahwa mereka adalah wakil Tuhan di bumi. Namundalamhal ini mereka sangatkelirudalammemahami dan mempraktekkankekhalifahanitu.
            Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuan dengan hambanya, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukkan kepadaAlloh SWT. Karena walaupun manusia mampu mengelola (menguasai), namun hal tersebu tbukan akiba tkekuatan yang dimilikinya, tetapi akibat Alloh SWT menundukkannya untuk manusia.
            Dengan demikian, kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sesuai petunjuk-petunjuk Alloh yang tertera dalam wahyu-wahyu-Nya. Semua itu harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil memperhatikan perkembangan situasi lingkungannya.
            Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah, manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan kemaslahatan. Ini merupakan perkara yang sangat mendasar untuk diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan, tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan, karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia untuk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya.
          Penggunaan istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik untuk mengelola wilayah territorial tertentu hanya digunakan pada zaman nabi, dan tidak digunakan untuk manusia pada umumnya. Sedangkan untuk manusia pada umumnya biasa digunakan istilah “Khala’if” yang menyandang arti luas, yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam berbagai bidang kehidupan.
         Selain sebagai khalifah di mukabumi, Alloh SWT menciptakan manusia supaya mereka beribadah dan menyembah kepada Alloh.
Ibadah dibagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengaharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
        Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid, dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan sholat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati)
       Allah memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah. Dan Allah Maha kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya karena ketergantungannya kepadaAlloh SWT.
Maka barangsiapa yang menolak beribadah kepadaAlloh, ia adalah sombong.
Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka dia adalah mubtadi’ (pelakubid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka dia adalah muwahhid (yang mengesakanAlloh).
Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah, manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan, ini merupakan perkara yang sangat mendasar untuk bisa diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa di wujudkan. Karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia unut kmenjalankan fungsi khalifah pada dirinya.

D.   HIDUP SUKSES DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
                       
Sejatinya sukses menurut pandangan al Qur’an adalah kebahagiaan yang kekal, yaitu kebahagiaan di dunia juga di akherat. Kita sebagai manusia tentu selalu punya harapan untuk menjadi orang sukses, entah itu dalam urusan dunia atau akherat. Islam mempunyai cara agar kita menjadi orang sukses yaitu:
1. Mulai dengan Ilmu
Cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an ialah dengan memiliki ilmu. Dengan ilmu, seseorang akan menjadi orang sukses yang mampu memanfaatkannya untuk kebaikan dan hal yang bermanfaat. Jika ingin sukses, maka yang harus dilakukan pertama kali ialah dengan menuntut ilmu. “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al Alaq : 5). keutamaan berilmu dalam islam akan menuntu pada kesuksesan.
2.Berubah dari Diri Sendiri
Agar dapat mencapai kesuksesan harus diawali dengan mengubah diri sendiri terlebih dahulu, mengubah kebiasaan buruk menjadi semangat. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah keadaan yang ada pada dirinya”. (QS Ar Rad : 11).
3. Berdoa
Usaha tidak akan lengkap tanpa disertai doa. Doa merupakan sebuah wujud bahwa kita melibatkan Allah dalam setiap harapan “Maka bermohonlah kepada Ku”. (QS Al Baqarah : 186). Dengan menjalankan doa pembuka rezeki dari segala penjuru akan menjadi salah satu jalan untuk meraih kesukesan.
4. Sedekah
Perumpamaan orang yang menafahkan hartanya di jalan Allah (sedekah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas karunia Nya lagi maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah : 261). Sedekah tidak akan mengubah seseorang menjadi miskin. Sedekah akan membuat jalan rejeki menjadi lebih lapang sehingga segala usaha mendapat kemudahan dari Allah.
5. Bersyukur
Cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an salah satunya dengan jalan rajin bersyukur, bersyukur akan memberikan perasaan bahwa kita adalah hamba Allah yang beruntung sehingga menjadi lebih bersemangat dalam menjalani langkah langkah menuju kesuksesan serta terhindar dari putus asa. “Jika kamu bersyukur akan Ku tambah nikmat untukmu”. (QS Ibrahim : 7). keutamaan bersyukur dalam islam akan mendapat jalan untuk menjadi orang yang di ridhoi Allah dalam usahanya menggapai suskes.
6. Bertaqwa
“Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka sangka”. (QS Ath Thalaaq : 2). Taqwa juga berperan penting dalam kesuksesa, orang yang bertaqwa akan mendapat kasih sayang dari Allah sehingga segala kesulitan yang dialaminya akan mendapat pertolongan dari jalan yang tidak disangkanya.
7. Niatkan karena Allah
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan pahala jauh lebih baik dari apa yang mereke kerjakan”. (QS An Nahl : 97). Niatkan kesuksesan yang dikejar untuk mendapat ridho Allah di dunia dan di akherat, jangan mengejar suskes semata karena ingin dipuji atau karena duniawi.

8. Amanah
Lakukan segala usaha dengan jujur, jangan tergoda dengan jalan yang slaah, seperti membeli jabatan agar cepat sukses. Miliki segala sesuatu dengan jalan yang benar dan jadilan orang yang amanah. “Sesungguhnya harta dan anak anak mu hanyalah cobaan bagimu”. (QS At Taghabun : 15).
9. Jangan Menuruti Hawa Nafsu
“Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan”. (QS Al Fajr : 20). Sukses memang impian setiap orang, tetapi jangan hanya mengejar sukses dalam hal duniawi, jangan mencintai harta atau hal duniawi berlebihan, sebab segala yang dimiliki hamba Allah hanyalah titipan yang sewaktu waktu dapat diambil oleh Nya.
10. Hindari yang Haram
“Mereka itu adalah orang yang suka mendengar berita bohong dan memakan yang haram” (QS Al Maidah : 42). Hindari langkah yang curang misalnya membeli ijazah palsu agar dapat menggunakannya untuk naik pangkat. Keberkahan berpengaruh dari halal dan haram cara yang dilakukan.
11. Ikhlas
“Barang siapa menjadikan akherat sebagai tujuannya maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya”. (HR At Tirmidzi). Kejar sukses dengan niat yang ikhlas karena Allah dan dengan niat menggunakan kesuksesan tersebut di jalan Allah. Tentu saja bukan niat yang hanya berhubungan dengan duniawi seperti harta, jabatan, dan lain lain tetapi juga mengahrap sukses di akherat sebab merupakan salah satu keutamaan ikhlas dalam islam.


Sukses dalam islam wajib diikuti dengan rasa ikhlas dalam menjalani tiap prosesnya dengan sungguh dan ebrharap ridho Allah. Hasil dari setiap usaha bergantung dari keikhlasan dalam hati. Jika suatu hal dilakukan dengan ikhlas, tentu hasilnya akan lebih baik dan lebih berkah.
12. Istiqomah
Istiqomah artinya tekun atau terus menerus dan tidak berkurang. Lakukan usaha dengan istiqomah agar mendapat kelapangan dari Allah sebab orang yang bersungguh sungguh pasti akan mendapatkan hal yang diinginkan. “Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (islam) benar benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)”. (QS Al Jinn : 16).


13. Sabar
Setiap orang yang sukses pasti pernah menjalani berbagai tahap dengan berbagai ujian, cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an adalah dengan sabar ketika mendapat kesulitan atau rintangan dalam usaha. Wajib percaya pada Allah bahwa sabar akan menjadikan jalan kesuksesan untuknya. “Dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar, yaitu yang ketika ditimpa musibah mereka mengucapkan : sungguh kita semua ini milik Allah dan sungguh kepada Nya lah kita kembali”. (QS Al Baqarah : 155-156).
14. Tidak Putus Asa
Orang yang sukses tidak menyerah ketika menghadapi tantangan, hal tersebut justru menjadi dorongan untuk menjadi lebih giat lagi dalam berusaha. Orang yang putus asa artinya tidak percaya pada rahmat Allah. “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur” (QS Yusuf : 87)
15. Memiliki Keberanian
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya”. (QS Al Baqarah : 286). Jika sedang mencapai kesuksesan dan mendapat rintangan dalam prosesnya, cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an adalah dengan menyerahkan semuanya kepada Allah disertai usaha dan doa yang maksimal. Sebab Allah yang paling memahami kemampuan hamba Nya dimana Allah tidak akan memberi ujian di luar kemampuannya.

16. Percaya Allah Maha Penolong
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (QS Al Insyiroh : 5). Jika kita membaca kisah kisah orang sukses, tentu akan menemui masa dimana ada kesulitan yang dialami orang tersebut. Umumnya kesuksesan atau tahap yang lebih tinggi akan didapatkan setelah berhasil melewati kesulitan tersebut.
Begitu juga dengan hamba Allah lainnya, ketika kita sedang berusaha meraih kesuksesan atau impian dan menemui hambatan, ketahuilah bahwa hal tersebut bukan hanya dialami oleh kita, mungkin banyak orang yang mendapatkan ujian lebih berat tetapi sanggup melewatinya. Maka kita wajib berfikir demikian bahwa Allah selalu memberi jalan di tiap ujian.
17. Jangan Sombong
Ketika sudah berhasil mencapai tahap tertentu dalam langkah menuju sukses dan terasa impian sudah berada dekat di depan mata, tidak diperbolehkan merasa sombong dan melupakan Allah. Banyak orang yang lalai ketika diuji dengan kesenangan. “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong”. (QS Al Isra : 37).
Biasanya orang akan merasa bahwa dirinya bisa mencapai tahap tersebut sebabdari kerja keras dan usaha dirinya sendiri, tidak ada peran dari Allahs sedikitpun. Hal inilah yang dapat menjadi penghalang kesuksesan. Cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an adalah dengan senantiasa rendah hati. Jauhi sombong dan tetap meningkatkan kualitas diri sehingga sukses akan datang menghampiri.
Dengan menerapkan cara cara sukses menurut Al Qur’an ini, InsyaAllah kita akan menjadi orang yang sukses serta mendapat kebahagiaan dan ketenangan.                                                                                                            





Pustaka online:
https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2014/05/12/21430/sudah-luruskkah-orientasi-hidup-kita.html
http://fajrifm.com/dua-orientasi-hidup-manusia/











Tidak ada komentar:

Posting Komentar